Pembelajaran yang berpusat (sering juga disebut dengan istilah berpihak, menghamba) pada murid bukanlah sebuah tren baru dalam dunia pendidikan. Ini adalah sebuah model pendidikan yang menempatkan murid sebagai pemain utama, subjek, pusat, bahkan motor utama pada proses belajar. Murid tidak lagi dianggap sebagai wadah kosong yang perlu diisi dengan pengetahuan, melainkan sebagai individu yang memiliki potensi, minat, dan cara belajar yang unik Hal ini tentu bertolak belakang dengan model konvensional yang meletakkan peran guru sebagai pusat pembelajaran dan sumber belajar utama,
Sejalan dengan hal itu, peran guru bergeser dari seorang pengajar yang mentransfer ilmu menjadi seorang fasilitator yang mendampingi, membimbing (among), serta memfasilitasi proses belajar murid. Sebagai contoh, dapat kita bayangkan sebuah kelas dengan suasana hidup, dimana murid terlibat diskusi secara aktif, bereksperimen, dan memecahkan masalah bersama-sama. Di lain sisi, guru berkeliling memastikan proses belajar berjalan dengan baik sembari memberikan bimbingan dan dukungan ketika diperlukan. Pembelajaran seperti ini tentu lebih memberikan makna bagi murid. Seperti inilah gambaran pembelajaran yang berpusat pada murid, yaitu sebuah pendekatan yang mengubah paradigma tradisional tentang bagaimana seharusnya proses belajar berlangsung
Ciri-Ciri Pembelajaran Berpusat pada Murid
- Keterlibatan Murid:
Kata terlibat dimaksudkan bahwa murid tidak hanya berperan sebagai objek pembelajar, pendengar pasif yang menampung ilmu dari guru, namun bertidak sebagai aktor utama dalam setiap kegiatan pembelajaran seperti diskusi, proyek, eksperimen, dan presentasi. Dalam hal ini mereka didorong untuk bertanya, menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah
- Pembelajaran yang Kontekstual
Materi yang digunakan pada pembelajaran yang berpusat pada murid adalah materi yang relevan dengan dunia nyata, kehidupan sehari-hari murid, serta sesuai konteks dan minat murid. Hal ini meningkatkan motivasi dan pemahaman karena siswa dapat melihat relevansi dari apa yang mereka pelajari. Misalnya materi pembelajaran di pesisir pantai tentu berbeda konteksnya dengan materi di daerah perkotaan maupaun pegunungan.
- Kolaborasi dan Interaksi Sosial
Pada pembelajaran yang berpihak pada murid juga terlihat adanya kolaborasi dan interaksi sosial yang aktif pada murid. Kegiatan yang sejalan dengan hal ini misalnya membuat kerja kelompok kecil dimana murid dapat saling berbagi ide, bertanya, berdiskusi, dan bekerja sama menyelesaikan tugas, mempresentasikannya di depan kelas, serta saling memberikan umpan balik (feedback). Guru berperan sebagai pendamping, berkeliling memastikan proses belajar berlangsung dengan baik, serta membantu murid memberikan umpan balik.
- Berpikir Kritis
Pembelajaran yang berpusat pada murid mendorong murid untuk mampu menganalisis informasi secara kritis, mengevaluasi berbagai sudut pandang, dan membuat kesimpulan berdasarkan bukti. Misalnya pada pelajaran sejarah, murid tidak hanya menghapal tokoh, tanggal, serta tempat peristiwa berlangsung, namun juga menganalisis penyebab, memberikan argumentasi tentang dampak, sebab dan akibat dari peristiwa tersebut berdasarkan fakta.
- Kreativitas sebagai Hasil Ekspresi Diri
Pembelajaran yang berpusat pada murid memberikan ruang seluas-luasnya bagi murid untuk mengekspresikan diri melalui ide-ide mereka secara kreatif. Hal ini bisa dilakukan dalam kegiatan proyek seni, tulisan, prakarya, dan sebagainya.
- Diferensiasi
Pembelajaran yang berpusat pada murid menekankan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan tingkat kemampuan murid sebagai individu yang unik.
Tantangan dan Solusi
Meskipun memiliki banyak manfaat, penerapan pembelajaran berpusat pada murid tak lepas dari beberapa tantangan. Diantaranya adalah pola pikir yang sulit menerima perubahan (resistensi guru dan orangtua terhadap perubahan), keterbatasan sumber daya sekolah, serta kebebasan yang disalahartikan. Namun tantangan tersebut tentu dapat mempunyai alternatif solusi.
Tantangan yang berasal dari dalam diri guru serta orangtua murid yaitu cara pandang (mindset) yang sulit diubah tentang bagaimana proses belajar seharusnya berlangsung. Hal ini terkait perubahan pola pendidikan konvensional yang menjadikan guru sebagai pusat belajar menjadi pendidikan yang berpusat pada murid. Selain itu, motivasi guru untuk mengembangkan diri secara mental dan professional belum merata, sehingga menghambat penerapan pendidikan yang berpusat pada murid secara maksimal.untuk menjawab hal ini, solusi yang dapat diambil adalah dengan melakukan pendekatan secara holistik dengan melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses perubahan. Pendekatan dapat dilakukan baik melalui rapat intern guru maupun antar guru dengan orangtua murid sehingga mampu menjembatani pemahaman yang sejalan tentang pendidikan yang berpusat pada murid.
Faktor keterbatasan sumber daya juga merupakan tantangan yang sering dihadapi dalam implementasi pembelajaran yang berpusat pada murid. Seperti yang kita ketahui, terdapat ketimpangan antara sumber daya fasilitas sekolah di perkotaan dengan di pelosok desa. Selain itu, ketersediaan jaringan yang mendukung penerapan konsep pembelajaran ini juga belum merata. Hal ini dapat diatasi dengan berkolaborasi memanfaatkan aset (sumber daya) yang tersedia secara maksimal sembari menjalin kerjasama dengan pihak dinas pendidikan serta pemangku kepentingan seperti orangtua murid, kepala pemerintahan setempat, instansi kesehatan, keagamaan, dan lainnya untuk memberikan bantuan fasilitas pendukung.
Tantangan selanjutnya adalah kesalahpahaman tentang kebebasan yang melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada murid. Hal ini sering menjadi miskonsepsi khususnya pada penerapan Kurikulum Merdeka. Arti berpusat, berpihak, menghamba pada murid seringkali disalah artikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hal ini dapat diatasi dengan membuat batasan yang jelas tentang kekebasan yang dimaksud melalui kesepakatan (keyakinan) kelas yang disusun bersama murid berdasarkan nilai-nilai kebajkan universal. Hal ini memungkinkan murid dapat menggunakan ruang kebebasannya untuk mengeksplor diri secara bertanggungjawab.
Disarikan dari artikel web BBGP Sumut oleh Mukhsinin
0 komentar:
Posting Komentar